Memupuk Iman dengan Kesabaran dan Kesyukuran

| On
Oktober 24, 2017


Iman tak dapat diwarisi, dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual beli, ia tiada di tepian pantai
Walau apapun caranya jua, engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau merentas lautan api, namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah
-Raihan

Pernah mendengar lagu tersebut?

Yups, itu adalah potongan lirik dari lagu yang berjudul 'Iman' yang dipopulerkan oleh Grup Nasyid asal Negeri Jiran Malaysia, Raihan.


Iman, secara bahasa diartikan sebagai 'percaya'. Sedangkan, secara istilah adalah: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan melalui perbuatan (tindakan).

Alhamdulillah, masih ingat pelajaran Aqidah Akhlak jaman tsanawiyah :D

Seperti lirik lagu Raihan tersebut, bahwa iman memang tidak bisa diwariskan meskipun kita terlahir dari seorang anak kiyai yang sholih-sholihah. Sebab iman adalah sesuatu yang berkaitan dengan apa yang menetap di dalam hati (qolb) seseorang dan tidak tampak secara zohir atau fisik.

Terlahir dari pasangan orangtua yang tingkat ketaatannya kepada Allah SWT. tinggi pun tidak semerta merta membuat kita memiliki iman di dada. Iman memang perlu ditanam, dipupuki, dan dijaga agar terus tumbuh layaknya sebuah tanaman. Semakin dijaga dan dirawat dengan baik, maka iman akan semakin kuat dan tumbuh mantap di dalam hati seseorang. Salah satu tugas orangtua untuk menanamkan iman di dada-dada anak-anaknya sejak usia mumayyiz sampai memasuki masa akil baligh (dewasa).


Iman yang ditanam sedari kecil maka akan lebih mudah membentuk jiwa seorang anak ketika ia masuk ke fase dewasa dibandingkan baru menanamnya saat anak telah beranjak dewasa. Kita tahu bahwa masa anak-anak segala sesuatu yang diajarkan akan lebih mudah meresap ke dalam memori dan hati mereka, sehingga dengan demikian 'bibit' iman telah siap dikembangkan.


Bicara iman memang tidak akan ada habisnya dan sangat luas sekali jangkauannya. Bahkan bicaranya saya tentang iman ini pun bukan berarti iman saya lebih baik dbanding Anda yang saat ini sedang membaca tulisan saya atau siapapun.

TIDAK.

Saya pun masih berusaha agar iman di dada berada dalam kondisi yang baik, stabil, dan berharap bisa berada pada posisi yang paripurna. Namun, sebagai manusia biasa tentu saja iman saya pun mengalami kondisi yang fluktuatif alias turun naik. Adakalanya, saya sedih dan kecewa dengan kenyataan hidup, tapi ditengah kekecewaan itu saya pun harus tetap menjaga kondisi iman agar tidak lepas dari sandaran.

Kondisi iman setiap orang jelas berbeda, jangan samakan kondisi iman kita dengan para kiyai yang jelas kadar keimanannya tentu saja jauh dari iman kita.

Mengapa saya katakan demikian? Iman bisa tercermin dari tindakan seseorang yang dilakukan. Lihat lagi definisi tentang iman.

Tapiiiii,

Tentu saja yang bisa menilai iman setiap orang semata-mata hanya ALLAH SWT.

Kehidupan ini memang ladangnya ujian. Tidak ada manusia yang tidak diuji oleh Allah SWT. dan ujian itulah sebagai pembuktian iman kita.

Allah SWT sudah mengatakannya dalam Alqur'an bahwa tidak beriman kecuali seorang hamba diuji dengan keimanannya.

Ujian yang kita terima saat ini memang tidak mudah, dan ujian saya pastinya berbeda dengan ujian yang sedang Anda hadapi. Sebagai manusia yang lemah, rasanya saya pun maunya tidak diuji karena ujian hidup mana ada yang enak, kan? Semua ujian emang rasanya pahit sist, huhuhu.

Kadang cuma menangis yang bisa dilakukan buat sekedar membuang lelah atas ujian hidup ini. Tapi, menangis terus menerus takkan menyelesaikan masalah kita. Karena memang ujian ada untuk diselesaikan.


***

SABAR. Kunci yang bisa digunakan dalam menghadapi ujian. Tak mengeluh berlebihan apalagi diumbar ke seantero jagat raya lewat media sosial. Tetap tegar dan kuat saat melewatinya, dan tentu saja berbaik sangka bahwa ujian yang Allah SWT. berikan ini sebagai tanda sayang Allah SWT. kepada kita.

SYUKUR. Kunci lain agar kita mudah melewati ujian adalah dengan disyukuri. Selain tanda sayang, ujian adalah jalan yang Allah sediakan untuk kita naik kelas (derajat) di hadapan-Nya maupun di hadapan manusia. Jarang-jarang kan event naik kelas diadakan dan cuma orang-orang tertentu yang pasti bisa melewatinya. Semoga orang-orang tertentu itu termasuk diri kita.

Aamiin.

Selain bersyukur atas ujian, penting juga mensyukuri semua nikmat yang sudah kita terima, baik nikmat-nikmat yang bisa dibilang besar, misalnya dapet arisan (ehehe), menang lomba, termasuk nikmat-nikmat kecil yang gak kelihatan, misalnya bisa buang angin alias kentut. Lah, bayangin aja ada kasus orang masuk rumah sakit gara-gara gak bisa kentut. Lucu sih, tapi ternyata hal sepele macam itu bisa jadi fatal.

Balik lagi tentang iman, sabar dan syukur itulah yang menjadi pupuk agar iman semakin subur berkembang di hati kita. Memang tak mudah, dan jujur saya katakan bahwa memiliki sifat sabar dan syukur itu luar biasa berat meraihnya. Yaa sampai sekarang juga saya belum menjadi orang yang sabar. Masih banyak ngeluhnya. :(

Kata Sayyidina Umar bin Khattab r.a : Iman itu setengahnya sabar dan setengahnya syukur.

Jadi, saya juga mengambil kesimpulan bahwa benar adanya ketika kita bisa bersabar dan bersyukur dalam hal apapun baik dalam kondisi sulit maupun mudah (senang), buahnya adalah iman kita semakin baik kondisinya. Dirasakan dari keseharian kita saja, rasanya hidup ini jadi lebih ringan walaupun sebenarnya masalah yang menumpuk menimpa kita.

Tenang aja rasanya dalam menghadapi hidup, misalnya saja lagi gak punya uang. Padahal urusan banyak yang perlu diselesaikan. Atau kita jadi lebih mudah bersyukur atas nikmat-nikmat kecil yang kita terima.

Kalau sudah begitu, Allah akan memberikan kelapangan dan jalan keluar yang tidak pernah kita sangka-sangka.  Bahkan bisa di luar nalar kita sebagai seorang manusia.

Kok bisa?

IYA.

Karena sudah bicara 'iman'. Percaya.

***

Akhirnya, tulisan ini tidak sedang menggurui siapa pun, hanya sekedar berbagi agar bisa bersama-sama merawat sabar dan syukur dalam menghadapi hidup yang tidak mudah.

Pada akhirnya, mari kembalikan segala urusan kepada Allah SWT. yang mampu memberikan jalan keluar atas segala permasalahan yang sedang kita hadapi.

Dan semoga Allah SWT. kuatkan pundak-pundak kita agar tetap tegar dan kuat dalam menjalani setiap ujian hidup yang Allah SWT. berikan.

AAMIIN.

Salam
Amelia Fafu - Mama Energic



6 komentar on "Memupuk Iman dengan Kesabaran dan Kesyukuran"
  1. lafff sama tulisan amel yg ini

    urusan duniawi kadang lupa bikin manusia buat bersyukur untuk setiap nikmat yg dikasih gusti allah, makasih udah diingetin

    BalasHapus
  2. sering kita lupa bersyukur atas nikmat yang di berikan oleh ALLAH SWT, padahal semua akan kembali pada ALLAH, terimakasih bu sudah menyadarkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Bersyukur bikin kita selalu ingat bahwa ada Allah SWT.

      Hapus
  3. Perbanyak dabar dan pandai bersyukur biar hidup selalu tenang ya. Suka sama tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul teh. Hidup jadi lebih tenang dan yakin. Makasi udah mampir.

      Hapus