“Duh, hidupku kok gini-gini, aja, ya? Orang lain sudah mengangkasa, rasanya saya kok cuma jalan di tempat?”

 

“Masa depanku gimana, ya? Kalau anak-anak udah gede, aku gak punya pekerjaan buat diriku sendiri?”

 

“Suamiku bosan ngga, ya, sama aku? Karena aku merasa ‘ketinggalan’ dari yang lain, sementara karir suamiku semakin melesat?”

 

Mungkin itu lah sedikit ‘keluhan’ rasa insecure/rendah diri/tidak percaya diri yang menghantui sebagian ibu yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Apalagi dengan kondisi media sosial yang dengan mudah membuat kita bisa ‘melihat’ kehidupan orang lain, kemudian membandingkan kondisi kita dengan beragam postingan yang ada di sosial media.

 

Media Sosial sedikit banyak akan mempengaruhi cara berfikir dan cara kita memandang kehidupan, karena kita melihat ‘role model’ yang lain dalam menjalani kehidupan sebagai seorang perempuan atau sebagai seorang istri/ibu.

 

Beberapa jurnal ilmiah yang saya baca memberikan informasi yang terkait dengan problematika ibu rumah tangga yang tidak bekerja yaitu:

 

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka diketahui bahwa ada perbedaan self-esteem yang sangat signifikan (p=0,000) antara ibu rumah tangga yang bekerja dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja, yaitu ibu rumah tangga yang bekerja memiliki self-esteem lebih tinggi yang ditunjukkan oleh rata-rata (mean) sebesar (x = 118,66) daripada ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebesar (x= 98,10).

 

Apa alasannya sehingga self esteem ibu rumah tangga yang bekerja lebih tinggi dari pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja?

 

Berdasarkan kriteria penelitian bahwa subjek ibu rumah tangga yang bekerja adalah wanita yang bekerja di kantor maka memiliki penghasilan yang tidak sedikit, juga dengan bekerja di kantor membuatnya bertemu banyak orang dan mempunyai banyak teman yang menjadi salah satu faktor yang membuat self-esteem nya menjadi tinggi.

 

Dari data literatur yang ada dijelaskan bahwa wanita dikatakan memiliki self-esteem yang tinggi adalah ketika ia merasa bangga atas prestasi yang telah ia capai, dapat menerima tantangan baru dengan semangat, dapat memikul tanggung jawab yang membuatnya mendapatkan pengakuan dari orang lain sehingga membuat dirinya merasa berharga.

 

Yaps, memang terkadang memiliki materi membuat kita jauh lebih ‘kuat’ dan dihargai. Ingat kan istilah, “Loe punya uang, Loe punya kuasa.” Wkwkwk.

 

Selain itu, keberadaan lingkungan pertemanan juga berpengaruh terhadap self esteem ibu bekerja, karena ia bisa memiliki teman untuk ngobrol, menyampaikan ide/gagasan, semenatara ibu rumah tangga yang tidak bekerja, cukup sulit untuk memiliki frekuensi yang lebih besar untuk bertemu dan bercengkrama dengan orang lain.

 

Hasil penelitian ini bagi saya cukup menggambarkan realita yang ada saat ini. Huhuhu, oleh karena itu  ibu rumah tangga yang tidak bekerja akan cenderung overthingking karena memiliki self esteem yang rendah.

 

 

Apa sih yang membuat ibu-ibu zaman sekarang menjadi overthinking?

 




Takut akan Penilaian Orang Lain

 

Sebagai makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain, ketakutan akan penilaian orang lain terhadap diri kita menjadi ‘wajar’ adanya. Karena bagaimana pun, sebagai manusia biasa, kita ingin terlihat ‘baik-baik saja’ bahkan lebih dari itu dari orang lain.

 

Kadang kala, ada masa dimana kita merasa overthinking terhadap penilaian orang lain terhadap diri kita. Entah dari cara berpakaian, cara mendidik anak, cara berkomunikasi dan bergaul, dan lain sebagainya.

 

Kalau dalam agama Islam sih, istilahnya kita jadi sering su’udzon terhadap orang lain, merasa dighibahi, dibicarakan kejelekan dan keburkannya. Padahal bisa saja iya, dan bisa saja tidak, kan?

 

Over thinking akan penilaian orang lain ini memang cukup mengganggu, ya. Dan memang ada kalanya, sangat penting bersikap ‘bodo amat’ terhadap penilaian orang lain. Namun tentu saja kita tidak bisa terus-terusan bersikap bodo amat, kan? Ada kalanya kita pun merasa bahwa penilaian orang lain memiliki pengaruh yang terhadap hidup kita.

 

Merasa Tidak Berdaya

 

Melihat orang lain mampu melakukan hal yang tidak bisa kita lakukan, atau bahkan sesuatu hal yang menjadi mimpi bagi kita membuat kita merasa tidak berdaya. Bisa saja dulu kita bercita-cita menjadi seorang Wanita karir yang bisa membangun relasi di mana-mana, atau bisa mengunjungi berbagai tempat di Indonesia bahkan di dunia dalam rangka perjalanan dinas/pekerjaan.

 

Ketika kemudian kita ‘terjebak’ menjadi ibu rumah tangga yang di rumah aja, rasa overthingking pun kembali menghantui. Kita bisa saja menjudge diri kita menjadi pribadi yang tidak berdaya atau pun tidak memiliki kemampuan.

 

Sedihnya, jika ini dibiarkan berlarut-larut, tentunya akan mengubah kepribadian kita menjadi orang yang cenderung pemalu atau rendah diri. Karena merasa lebih ‘payah’ dibandingkan orang lain.

 

Tidak Berpenghasilan (Kekuatan secara Ekonomi)

 

Salah satu hal yang juga cukup membuat para ibu rumah tangga overthinking adalah komentar publik yang memiliki stereo type bahwa ibu rumah tangga itu lemah karena tidak berpenghasilan sendiri.

 

“Percuma itu ijazah gak dipake buat cari uang, padahal dulu biaya kuliah kamu mahal.”

 

Haaasyeeemm deh, kalau udah mendengar komentar seperti ini. Saya akui, memang ibu rumah tangga harus punya keinginan untuk mandiri secara finansial, bisa dengan memulai wirausaha dari rumah atau pun melakukan pekerjaan dari rumah yang bisa menghasilkan rupiah, jadi freelancer misalnya.

 

Walaupun tidak ‘linier’ dengan ijazah atau pun latar belakang pendidikan, setidaknya ibu rumah tangga kembali memiliki gagasan atau ide untuk berkaya dan berdaya walau dari rumah.

 

Karena Ketika kita tidak bisa berpenghasilan sendiri (tidak melulu harus banyak/kaya raya, ya kalau memang berhasil, alhamdulillah), bisa jadi kita akan melabeli diri kita sebagai pribadi yang lemah yang hanya bisa bergantung kepada orang lain (suami atau keluarga lainnya).

 

Jadi memang berusaha berpenghasilan ini bukan hanya sekedar untuk menghasilkan materi, tapi mencegah diri untuk tidak overthinking dan menjudge negative terhadap pribadi kita sendiri.

 

 

Takut akan Masa Depan

 

Hmmm, ini sih yang paling bikin ibu rumah tangga overthingking akut, “Masa depan saya nanti gimana ya, kalau udah tua?” “Anak-anakku gimana, ya? Bisa sekolah sampe perguruan tinggi ngga, ya? Bisa dapet kerjaan bagus ngga, ya?”

 

Dan beribu pertanyaan overthinking lainnya di dalam benak kita. Masa depan memang sebuah misteri yang tidak bisa dipecahkan oleh siapapun. Tidak ada satu orang pun yang mampu meramal masa depan seseorang. Maka dari itu, kadang hal tersebut membuat gusar dan khawatir karena ketakutan akan banyak hal.

 

 

Bagaimana Solusi Menghadapi Overthinking?




Punya Tujuan Hidup yang Jelas





Salah satu cara untuk mengurangi overthinking adalah dengan memahami apa yang menjadi tujuan hidup kita, bisa saja tujuan hidup orang berbeda-beda, maka dari itu ‘treatment’ yang dilakukan juga berbeda, kan?

 

Dengan memahami ‘Mau apa sih, kita ini?’ maka biasanya kita akan menjadi lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Karena pada dasarnya sebuah visi misi lah yang akan selalu menguatkan Langkah seseorang, begitupun untuk seorang ibu rumah tangga.

 

 

Memahami Diri Sendiri (Konsep Diri yang Positif)



Memahami diri sendiri memang tidak mudah, tapi bagaimana pun caranya, kita harus menemukan apa yang membuat diri kita berharga dan Bahagia. Apakah dari penilaian orang lain? Apakah dari materi yang banyak? Apakah dengan anak yang sehat? Apakah dengan keharmonisan keluarga? Memiliki dana pensiun yang cukup? Dan lain sebagainya.

 

Pastikan kita tahu bagaimana caranya menghargai dan mengapresiasi diri kita sendiri, jangan sampai kita sendiri lah yang merendahkan diri kita, bukan orang lain.

 

 

Jujur Kepada Pasangan

 



Kadang kala kita ingin selalu ‘terlihat kuat’ di hadapan semua orang termasuk pasangan kita sendiri, padahal yang seharusnya kita lakukan adalah bersikap jujur, menyampaikan isi hati, mengkomunikasikan apa yang selama ini kita rasakan, termasuk kebutuhan akan self esteem atau penghargaan diri serta rasa overthingking yang kita rasakan.

 

Pasangan adalah garda terdepan, orang pertama yang harus mengetahui keadaan kita baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga apapun yang kita rasakan terkait dengan yang terjadi di dalam rumah, harus bisa kita sampaikan dengan baik kepada pasangan.

 

Jangan sampai, kita merasa overthinking sendirian dan berujung pada stress yang berdampak kepada seluruh anggota keluarga.

 

Teman yang saling Mendukung

 



Teman yang satu frekuensi itu anugrah dan rezeki banget, ya. Karena mereka adalah orang yang bisa ‘menampung’ segala keluh kesah kita tanpa judgement negatif apapun tentang diri kita.

Bisa ngobrol dan bicara hal-hal receh dengan teman bisa membantu mengatasi rasa overthinking kita, lho. Karena biasanya teman-teman sefrekuensi akan memberikan masukan, saran, dan nasehat sesuai dengan apa yang sudah mereka alami.

 

Teman yang mengerti diri kita, Bahagia Ketika kita Bahagia, sedih Ketika kita sedih (bukan sebaliknya), tidak memandang kita sebagai saingan, justru sebaliknya selalu mendukung hal positif yang ada di dalam diri kita adalah sesuatu yang sangat langka di zaman sekarang ini.

 

Maka dari itu, bersyukur jika masih memiliki circle pertemanan seperti itu, dan jangan lupa, JAGALAH SELALU, teman-teman yang seperti mereka itu.

 

 

Jeda Sejenak




Banyaknya pekerjaan yang dilakukan seorang ibu rumah tangga di rumah, membuat tubuh kelelahan baik secara mental maupun fisik. Yuk, jeda sejenak dengan beristirahat sambil menyeruput secangkir teh melati hangat yang harum, atau pun menikmati segelas kopi dingin dengan tambahan krim/susu yang manis dan gurih.

 

Jika kita memiliki atau menjadwalkan waktu luang dalam satu pekan, kita juga bisa beristirahat sambil menonton drama atau film kesukaan, berolah raga, keluar rumah Bersama teman, atau pun sekedar main game on line di gadget atau laptop yang ada di rumah.


Games klasik favorit


Menjeda sejenak pekerjaan rumah yang tak berujung bisa juga dilakukan sambil bermain Solitaire di solitaire.org Banyak permainan ‘jadul’ seperti Solitaire, Mahjong, Hidden Object, pokoknya games waktu zaman kita kecil dulu yang biasanya kita mainkan di PC (Personal Computere).

 

Mwahaha, ketahuan banget yaa ini umur :D

 

Lumayan lah, bermain game online yang ringan begini bisa menjadi jeda untuk rutinitas kita yang begitu padat merayap di rumah. Selain itu, main games juga bisa mengasah Kembali daya berfikit otak kita dengan memecahkan hal-hal yang menantang di dalam sebuah game.

 

Kembalikan Kepada Allah SWT




Overthinking atau pikiran yang berlebihan membuat kita terjajah oleh apa yang kita takutkan, padahal semua itu belum tentu terjadi, kan? Maka dari itu, obat dari segala ke-overthinking-an dalam hidup kita adalah mengembalikan semua takdir terbaik kepada Allah SWT.

 

Mungkin banyak rencana yang ingin kita lakukan, mimpi yang ingin kita gapai, namun belum tentu apa yang kita rencanakan adalah yang terbaik bukan? Bisa jadi ada hikmah atas segala yang kita alami selama ini.

 

Agar kita dijauhkan dari rasa Overthinking, ada sebuah Hadits yang mudah-mudahkan bisa menguatkan diri kita, yaitu:

 

“Allah berfirman:”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban).”

 

Maka dari itu, dari pada overthinking lebih baik kita selalu positive thinking kepada Allah SWT, agar kita mendapatkan kebaikan dan kemudahan dalam menjalani hidup ini. Amiin Yaa Robbal’alamiin.

 

Kalau ibu-ibu, suka overthinking tentang apa nih biasanya?






Have you ever felt tired of feeling self-conscious about how your body looks when you wear certain of your outfits? Maybe you would love to be able to smooth out the curves of your body and feel more confident in your own clothes. Now you can achieve all of that and take your wardrobe to the next level, thanks to Waistdear shapewear.

 


Belum hilang dari ingatan kita, tiga tahun yang lalu tepatnya di tahun 2020, siapa sangka kita akan menjalani peristiwa bersejarah bernama pandemi Covid 19 yang bisa dikatakan menakutkan. 


Betapa tidak,ancamannya adalah kehilangan nyawa bagi siapa saja yang terinfeksi dan tubuhnya gak mampu melawan. Bahkan gak bisa dikatakan sedikit jumlah orang-orang yang menjadi korban pandemi kala itu.


Gimana sekarang? Bumi ini belum bisa dikatakan bebas sepenuhnya dari pandemi, sedangkan variannya terus berganti. Hanya saja, kita sudah lebih siap dan mampu beradaptasi dengan kondisi dan tubuh kita pun sudah bisa dimodali antibodi berupa vaksin covid.


Masa-masa yang sulit, mungkin bisa dikatakan seperti itu. Sebagai seorang guru, tentu hal ini cukup menjadi kendala dalam kegiatan belajar mengajar. Pertemuan yang sudah biasa terjadi secara tatap muka sejak zaman dahulu, kemudian dipaksa keadaan untuk turut menyesuaikan dengan pembelajaran jarak jauh.


Bukan tanpa alasan, pembelajaran jarak jauh sendiri perlu dukungan mumpuni berupa jaringan internet. Karena mau tidak mau, daripada penularan pandemi semakin luas jika dipaksa harus tatap muka, kala itu. BDR alias belajar dari rumah, belajar secara daring, dan beragam nama yang semua dilakukan yang pada intinya semua dilakukan demi mengurangi pertemuan dan tujuan kurikulum tetap tersampaikan.



Kami para guru, harus putar otak!


Saat itu saja belum semua murid saya memiliki handphone, kalaupun punya, daya beli kuota mereka masih tergolong rendah. Bahkan ada yang harus sampai pinjam HP supaya tetap bisa belajar.


Fyuuhh…


Rasanya tuh sampai sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tapi gak boleh menyerah pada keadaan dong. Lakukan saja semampu kita, sampai batas kemampuan maksimal yang kita miliki. Bagaimanapun belajar adalah kewajiban dan mendmpingi murid belajar adalah sebuah kepuasan yang tidak sebanding nilainya dengan kesulitan yang ada.


Selama pandemi kala itu, tentu saja kebutuhan internet menjadi nomor satu. Bahkan, saya pribadi yang sebelumnya di rumah gak ada jaringan internet, sekarang akhirnya ikut menggunakan fasilitas tersebut.


Sisi positifnya, dengan adanya hal ini, kreativitas guru ditantang dan diuji. Sebab, pembelajaran jarak jauh atau secara daring itu rawan cenderung dapat menimbulkan misskomunikasi alias siswa gak paham dengan yang disampaikan gurunya.


Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, terlebih lagi saat itu bukan tatap muka. Maka membuat konten materi jadi jalan yang paling mudah, biasanya saya buat lebih sederhana dengan bantuan disain di canva.




Materi pembelajaran pun tetap bisa tersampaikan dengan seru, walaupun antara guru dan muridnya gak bisa bertemu secara langsung.


Alhamdulillah, murid-murid pun bisa beradaptasi dengan perubahan sementara yang terjadi. Begitupun dengan gurunya, jadi lebih mengasah diri agar lebih kreatif menjadikan materi-materi pembelajaran lebih simpel dan mudah dipahami dengan membuat konten belajar yang menarik.


Tentu saja hal ini perlu didukung oleh jaringan internet yang mumpuni supaya penyampaian konten belajar gak tersendat. Bayangkan aja, kalau lagi asik belajar tahu-tahu meeting onlinenya terputus, duh itu gak enak banget, loh. Karena saya pernah mengalaminya.


Kalau internetnya lancar, belajar secara online pun jadi lebih tenang gak takut putus tiba-tiba ditengah jalan.  Karena itu perlu teliti memlih internet provider yang tepat supaya gak kecewa, apalagi era setelah pandemi ini gak bisa lepas dari penggunaan jaringan internet dimanapun berada.


Menggunakan jaringan internet dari Telkom Indonesia, jaringan IndiHome mampu membantu melancarkan keperluan saat mengjaar secara online, konten-konten mengajar yang dibuat juga jadi tersampaikan dengan baik. Disain canva gak tersendat saat digunakan.


Akhirnya, lama-lama guru juga terbiasa dengan hal ini. Sudah bukan lagi sesuatu hal yang aneh ketika sekarang bikin-bikin konten mengajar yang lebih simpel tapi menarik.


Kalau kamu seorang guru, suka bikin konten mengajar yang gimana nih? Bukan guru juga bisa banget manfaatin jaringan internet buat bikin-bikin konten yang positif ya. Yuk, manfaatkan.



---------

*sumber foto: Pexels


 


Tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya, kini menggeluti dunia blogging alias tulis menulis. Meskipun aktivitas tulis menulis ini memang sudah tidak asing, suatu hal yang biasa sejak kecil saya lakukan alias curhat di buku diary. Sepertinya generasi 80-90an sangat familiar dengan buku diary ya. Namun, seiring berkembangnya kemajuan zaman dan teknologi, otomatis kehidupan kita pun menyesuaikan dengan keadaan.


Seperti saat ini yang sekarang kita rasakan, teknologi jadi hal yang sudah tidak lagi bisa diabaikan. Hampir semua gerak aktivitas kita mulai dari bangun tidur sampai mau tidur gak lepas dari teknologi. Apalagi kalau bukan gadget, alias handphone, laptop, dan koneksi internet pastinya. Hal-hal yang kini seperti perintilan wajib banget, kan.


Saya yang terbiasa hanya sekedar menulis, itupun kadang di laptop tapi lebih sering di buku sih, harus adaptasi dengan zaman, maka saya belajar membuat blog yang sebelumnya dikenalkan oleh dosen saat masa kuliah dulu. Blog pun diisi tentang seputar kegiatan perkuliahan, laporan praktikum, beberapa pengalaman, kadang-kadang curhat juga sih, hehe.


Lama kelamaan seru juga ya, karena dari blog ini saya bisa main-main ke blog orang lain, baca-baca pengalaman orang, dari  artikel-artikel yang serius sampe yang santai, jadi semacam silaturahmi virtual karena kita bisa komentar di blognya.


Paling senangnya lagi, dari blog ini saya kembali dipertemukan dengan kakak kelas saya saat SMA, namanya Tetty Hermawati tapi lebih dikenal dengan nama pena Tetty Tanoyo. Hahaha, seru. Serasa mengulang masa-masa SMA lagi. Dari beliau juga saya diajari beberapa hal tentang pengaturan blog. Alhamdulillah, lumayan sedikit-sedikit paham, tapi saya sadar betul masih perlu banyak belajar supaya lebih baik dalam mengelola blog yang saya punya ini.


Karena, ketika punya blog, ibarat kita punya rumah tapi ada di dunia maya. Namanya rumah atau tempat tinggal ya pasti perlu ‘diurusin’ supaya penghuni maupun tamu yang datang menjadi nyaman ketika bertamu ke rumah kita.


Selain itu, yang namanya rumah pasti perlu dong diisi, begitu juga blog. Blog diisi dengan konten-konten tulisan yang menarik minat pembaca, biasanya kalau saya ya seputar pengalaman yang pernah saya lakukan atau saya alami, ada juga konten tulisan yang dimana karena tulisan itu saya bisa menghasilkan cuan alias penghasilan. Alhamdulillah.


Pastinya konten tulisan yang kita muat di blog haruslah yang bernilai positif, bukan tulisan-tulisan yang berisikan hal-hal negatif. Karena prinsip penting dalam menulis, gimana konten tulisan yang dibuat memberikan manfaat bagi orang lain yang membaca, sehingga tulisan ini dapat membawa kebaikan.

 

Membangun Diri dengan Kolaborasi


Hampir 7 tahun ngeblog, sudah pasti ada naik turun semangat dalam membuat konten, apalagi dengan kondisi saat ini dengan status seorang ibu ber-anak tiga, anaknya masih kicik-kicik pula, tantangannya luar biasa, terutama dalam mengelola rasa malas dan lelah.


Namun, ada hal yang patut saya syukuri ditengah kondisi riweuhnya mengurus keluarga, saya dan beberapa orang teman ngeblog mengelola sebuah komuntas digital yang anggotanya merupakan ibu-ibu. Komunitas ini diberi nama Komunitas Mama Digital Connecting Mama.

Segenap Admin Komunitas


Seperti namanya, komunitas CM (akronim yang biasa kami menyebutnya) ini beranggotakan ibu-ibu yang semua ibu-ibu ini memiliki aktivitas di dunia digital, mulai dari bikin konten tulisan alias ngeblog, konten video, konten foto, dan semua yang berbau dunia digital.


Sebenarnya di awal mula berdiri komunitas ini, bukan secara sengaja berniat mendirikan komunitas. Sederhana sekali, hanya bermula dari grup saling follow di platform instagram kemudian lama kelamaan timbullah ide dari salah seorang mamin untuk membentuk komunitas pemberdayaan ibu-ibu di bidang teknologi digital.


Dengan latar belakang yang sesungguhnya sangat sederhana, yaitu bagaimana agar ibu-ibu tetap bisa berdaya, bermanfaat, dan mengembangkan diri mereka meskipun hampir semua gerak-geriknya terbatas dari rumah.


Sekalipun hanya menyandang gelar IRT alias Ibu Rumah Tangga, namun menambah kapasitas diri tetaplah perlu agar diri kita terus berkembang dan mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.


Komunitas yang saya dan teman-teman kelola ini secara berkala memberikan pelatihan-pelatihan digital, mulai dari membuat konten blog, novel digital, public speaking, disain digital, sampai yang saat ini sedang trend adalah videografi.



Pelatihan Videografi untuk Anggota CM (dok. komunitas)

Sebagian kegiatan komunitas dalam pengembangan diri anggota hampir dilakukan dari rumah saja, karena sebagaimana diketahui keberadaan sosok ibu di rumah apalagi jika masih memiliki balita, maka hampir semua kegiatan terpusat dari rumah, untuk itu Connecting Mama berusaha menyesuaikan dengan kondisi ini.

Zoom bersama Ustadzah dalam Program Ramadhan (dok. komunitas)


Berkonten Ria Bersama IndiHome


Secara pribadi bersyukur sekali tentunya, meskipun kini fokus di rumah sebagai ibu rumah tangga, tapi tetap bisa memberdayakan diri, terus mengembangkan diri, dan menjaga semangat untuk membuat konten-konten positif agar akun sosial media yang ada menjadi bermanfaat bersama teman-teman.


Merumuskan program kerja dan konten sosmed komunitas (dok. komunitas)


Kami saling berbagi tugas dalam mengelola komunitas ini, karena namanya organisasi digital, semua informasi yang ingin disampaikan dibuat dalam bentuk konten-konten menarik agar orang-orang tertarik untuk melihat. Mulai dari konten di akun instagram komunitas sampai konten yang perlu dimuat di halaman website.


Halaman Website Komunitas (dok. pribadi)


Konten-konten seputar ibu, ibu dan anak, self development/pengembangan diri, dan yang berkaitan dengan dunia perempuan biasanya yag menjadi bahan buat komunitas ngonten di sosial media komunitas.


Umumnya semua hal yang sifatnya memiliki nilai edukasi, hal-hal positif, perkembangan teknologi digital, sangat bisa dijadikan bahan untuk ngonten.


Tentunya semua aktivitas tersebut perlu didukung jaringan Internet Provider yang bagus dan lancar, jadi gak menghalangi pekerjaan dalam mengelola komunitas digital ini. Apalagi kalau pakai jaringan IndiHome  dari Telkom Indonesia, insya Allah jaringan internet lancar jaya, pekerjaan admin-admin komunitas pun gak terganggu.

 

So… Semakin berkembangnya teknologi, yuk jangan ragu bikin konten menarik yang membawa pesan positif untuk banyak orang. Selamat ngonten ya!