Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

 


 

“Duh, hidupku kok gini-gini, aja, ya? Orang lain sudah mengangkasa, rasanya saya kok cuma jalan di tempat?”

 

“Masa depanku gimana, ya? Kalau anak-anak udah gede, aku gak punya pekerjaan buat diriku sendiri?”

 

“Suamiku bosan ngga, ya, sama aku? Karena aku merasa ‘ketinggalan’ dari yang lain, sementara karir suamiku semakin melesat?”

 

Mungkin itu lah sedikit ‘keluhan’ rasa insecure/rendah diri/tidak percaya diri yang menghantui sebagian ibu yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Apalagi dengan kondisi media sosial yang dengan mudah membuat kita bisa ‘melihat’ kehidupan orang lain, kemudian membandingkan kondisi kita dengan beragam postingan yang ada di sosial media.

 

Media Sosial sedikit banyak akan mempengaruhi cara berfikir dan cara kita memandang kehidupan, karena kita melihat ‘role model’ yang lain dalam menjalani kehidupan sebagai seorang perempuan atau sebagai seorang istri/ibu.

 

Beberapa jurnal ilmiah yang saya baca memberikan informasi yang terkait dengan problematika ibu rumah tangga yang tidak bekerja yaitu:

 

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka diketahui bahwa ada perbedaan self-esteem yang sangat signifikan (p=0,000) antara ibu rumah tangga yang bekerja dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja, yaitu ibu rumah tangga yang bekerja memiliki self-esteem lebih tinggi yang ditunjukkan oleh rata-rata (mean) sebesar (x = 118,66) daripada ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebesar (x= 98,10).

 

Apa alasannya sehingga self esteem ibu rumah tangga yang bekerja lebih tinggi dari pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja?

 

Berdasarkan kriteria penelitian bahwa subjek ibu rumah tangga yang bekerja adalah wanita yang bekerja di kantor maka memiliki penghasilan yang tidak sedikit, juga dengan bekerja di kantor membuatnya bertemu banyak orang dan mempunyai banyak teman yang menjadi salah satu faktor yang membuat self-esteem nya menjadi tinggi.

 

Dari data literatur yang ada dijelaskan bahwa wanita dikatakan memiliki self-esteem yang tinggi adalah ketika ia merasa bangga atas prestasi yang telah ia capai, dapat menerima tantangan baru dengan semangat, dapat memikul tanggung jawab yang membuatnya mendapatkan pengakuan dari orang lain sehingga membuat dirinya merasa berharga.

 

Yaps, memang terkadang memiliki materi membuat kita jauh lebih ‘kuat’ dan dihargai. Ingat kan istilah, “Loe punya uang, Loe punya kuasa.” Wkwkwk.

 

Selain itu, keberadaan lingkungan pertemanan juga berpengaruh terhadap self esteem ibu bekerja, karena ia bisa memiliki teman untuk ngobrol, menyampaikan ide/gagasan, semenatara ibu rumah tangga yang tidak bekerja, cukup sulit untuk memiliki frekuensi yang lebih besar untuk bertemu dan bercengkrama dengan orang lain.

 

Hasil penelitian ini bagi saya cukup menggambarkan realita yang ada saat ini. Huhuhu, oleh karena itu  ibu rumah tangga yang tidak bekerja akan cenderung overthingking karena memiliki self esteem yang rendah.

 

 

Apa sih yang membuat ibu-ibu zaman sekarang menjadi overthinking?

 




Takut akan Penilaian Orang Lain

 

Sebagai makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain, ketakutan akan penilaian orang lain terhadap diri kita menjadi ‘wajar’ adanya. Karena bagaimana pun, sebagai manusia biasa, kita ingin terlihat ‘baik-baik saja’ bahkan lebih dari itu dari orang lain.

 

Kadang kala, ada masa dimana kita merasa overthinking terhadap penilaian orang lain terhadap diri kita. Entah dari cara berpakaian, cara mendidik anak, cara berkomunikasi dan bergaul, dan lain sebagainya.

 

Kalau dalam agama Islam sih, istilahnya kita jadi sering su’udzon terhadap orang lain, merasa dighibahi, dibicarakan kejelekan dan keburkannya. Padahal bisa saja iya, dan bisa saja tidak, kan?

 

Over thinking akan penilaian orang lain ini memang cukup mengganggu, ya. Dan memang ada kalanya, sangat penting bersikap ‘bodo amat’ terhadap penilaian orang lain. Namun tentu saja kita tidak bisa terus-terusan bersikap bodo amat, kan? Ada kalanya kita pun merasa bahwa penilaian orang lain memiliki pengaruh yang terhadap hidup kita.

 

Merasa Tidak Berdaya

 

Melihat orang lain mampu melakukan hal yang tidak bisa kita lakukan, atau bahkan sesuatu hal yang menjadi mimpi bagi kita membuat kita merasa tidak berdaya. Bisa saja dulu kita bercita-cita menjadi seorang Wanita karir yang bisa membangun relasi di mana-mana, atau bisa mengunjungi berbagai tempat di Indonesia bahkan di dunia dalam rangka perjalanan dinas/pekerjaan.

 

Ketika kemudian kita ‘terjebak’ menjadi ibu rumah tangga yang di rumah aja, rasa overthingking pun kembali menghantui. Kita bisa saja menjudge diri kita menjadi pribadi yang tidak berdaya atau pun tidak memiliki kemampuan.

 

Sedihnya, jika ini dibiarkan berlarut-larut, tentunya akan mengubah kepribadian kita menjadi orang yang cenderung pemalu atau rendah diri. Karena merasa lebih ‘payah’ dibandingkan orang lain.

 

Tidak Berpenghasilan (Kekuatan secara Ekonomi)

 

Salah satu hal yang juga cukup membuat para ibu rumah tangga overthinking adalah komentar publik yang memiliki stereo type bahwa ibu rumah tangga itu lemah karena tidak berpenghasilan sendiri.

 

“Percuma itu ijazah gak dipake buat cari uang, padahal dulu biaya kuliah kamu mahal.”

 

Haaasyeeemm deh, kalau udah mendengar komentar seperti ini. Saya akui, memang ibu rumah tangga harus punya keinginan untuk mandiri secara finansial, bisa dengan memulai wirausaha dari rumah atau pun melakukan pekerjaan dari rumah yang bisa menghasilkan rupiah, jadi freelancer misalnya.

 

Walaupun tidak ‘linier’ dengan ijazah atau pun latar belakang pendidikan, setidaknya ibu rumah tangga kembali memiliki gagasan atau ide untuk berkaya dan berdaya walau dari rumah.

 

Karena Ketika kita tidak bisa berpenghasilan sendiri (tidak melulu harus banyak/kaya raya, ya kalau memang berhasil, alhamdulillah), bisa jadi kita akan melabeli diri kita sebagai pribadi yang lemah yang hanya bisa bergantung kepada orang lain (suami atau keluarga lainnya).

 

Jadi memang berusaha berpenghasilan ini bukan hanya sekedar untuk menghasilkan materi, tapi mencegah diri untuk tidak overthinking dan menjudge negative terhadap pribadi kita sendiri.

 

 

Takut akan Masa Depan

 

Hmmm, ini sih yang paling bikin ibu rumah tangga overthingking akut, “Masa depan saya nanti gimana ya, kalau udah tua?” “Anak-anakku gimana, ya? Bisa sekolah sampe perguruan tinggi ngga, ya? Bisa dapet kerjaan bagus ngga, ya?”

 

Dan beribu pertanyaan overthinking lainnya di dalam benak kita. Masa depan memang sebuah misteri yang tidak bisa dipecahkan oleh siapapun. Tidak ada satu orang pun yang mampu meramal masa depan seseorang. Maka dari itu, kadang hal tersebut membuat gusar dan khawatir karena ketakutan akan banyak hal.

 

 

Bagaimana Solusi Menghadapi Overthinking?




Punya Tujuan Hidup yang Jelas





Salah satu cara untuk mengurangi overthinking adalah dengan memahami apa yang menjadi tujuan hidup kita, bisa saja tujuan hidup orang berbeda-beda, maka dari itu ‘treatment’ yang dilakukan juga berbeda, kan?

 

Dengan memahami ‘Mau apa sih, kita ini?’ maka biasanya kita akan menjadi lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Karena pada dasarnya sebuah visi misi lah yang akan selalu menguatkan Langkah seseorang, begitupun untuk seorang ibu rumah tangga.

 

 

Memahami Diri Sendiri (Konsep Diri yang Positif)



Memahami diri sendiri memang tidak mudah, tapi bagaimana pun caranya, kita harus menemukan apa yang membuat diri kita berharga dan Bahagia. Apakah dari penilaian orang lain? Apakah dari materi yang banyak? Apakah dengan anak yang sehat? Apakah dengan keharmonisan keluarga? Memiliki dana pensiun yang cukup? Dan lain sebagainya.

 

Pastikan kita tahu bagaimana caranya menghargai dan mengapresiasi diri kita sendiri, jangan sampai kita sendiri lah yang merendahkan diri kita, bukan orang lain.

 

 

Jujur Kepada Pasangan

 



Kadang kala kita ingin selalu ‘terlihat kuat’ di hadapan semua orang termasuk pasangan kita sendiri, padahal yang seharusnya kita lakukan adalah bersikap jujur, menyampaikan isi hati, mengkomunikasikan apa yang selama ini kita rasakan, termasuk kebutuhan akan self esteem atau penghargaan diri serta rasa overthingking yang kita rasakan.

 

Pasangan adalah garda terdepan, orang pertama yang harus mengetahui keadaan kita baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga apapun yang kita rasakan terkait dengan yang terjadi di dalam rumah, harus bisa kita sampaikan dengan baik kepada pasangan.

 

Jangan sampai, kita merasa overthinking sendirian dan berujung pada stress yang berdampak kepada seluruh anggota keluarga.

 

Teman yang saling Mendukung

 



Teman yang satu frekuensi itu anugrah dan rezeki banget, ya. Karena mereka adalah orang yang bisa ‘menampung’ segala keluh kesah kita tanpa judgement negatif apapun tentang diri kita.

Bisa ngobrol dan bicara hal-hal receh dengan teman bisa membantu mengatasi rasa overthinking kita, lho. Karena biasanya teman-teman sefrekuensi akan memberikan masukan, saran, dan nasehat sesuai dengan apa yang sudah mereka alami.

 

Teman yang mengerti diri kita, Bahagia Ketika kita Bahagia, sedih Ketika kita sedih (bukan sebaliknya), tidak memandang kita sebagai saingan, justru sebaliknya selalu mendukung hal positif yang ada di dalam diri kita adalah sesuatu yang sangat langka di zaman sekarang ini.

 

Maka dari itu, bersyukur jika masih memiliki circle pertemanan seperti itu, dan jangan lupa, JAGALAH SELALU, teman-teman yang seperti mereka itu.

 

 

Jeda Sejenak




Banyaknya pekerjaan yang dilakukan seorang ibu rumah tangga di rumah, membuat tubuh kelelahan baik secara mental maupun fisik. Yuk, jeda sejenak dengan beristirahat sambil menyeruput secangkir teh melati hangat yang harum, atau pun menikmati segelas kopi dingin dengan tambahan krim/susu yang manis dan gurih.

 

Jika kita memiliki atau menjadwalkan waktu luang dalam satu pekan, kita juga bisa beristirahat sambil menonton drama atau film kesukaan, berolah raga, keluar rumah Bersama teman, atau pun sekedar main game on line di gadget atau laptop yang ada di rumah.


Games klasik favorit


Menjeda sejenak pekerjaan rumah yang tak berujung bisa juga dilakukan sambil bermain Solitaire di solitaire.org Banyak permainan ‘jadul’ seperti Solitaire, Mahjong, Hidden Object, pokoknya games waktu zaman kita kecil dulu yang biasanya kita mainkan di PC (Personal Computere).

 

Mwahaha, ketahuan banget yaa ini umur :D

 

Lumayan lah, bermain game online yang ringan begini bisa menjadi jeda untuk rutinitas kita yang begitu padat merayap di rumah. Selain itu, main games juga bisa mengasah Kembali daya berfikit otak kita dengan memecahkan hal-hal yang menantang di dalam sebuah game.

 

Kembalikan Kepada Allah SWT




Overthinking atau pikiran yang berlebihan membuat kita terjajah oleh apa yang kita takutkan, padahal semua itu belum tentu terjadi, kan? Maka dari itu, obat dari segala ke-overthinking-an dalam hidup kita adalah mengembalikan semua takdir terbaik kepada Allah SWT.

 

Mungkin banyak rencana yang ingin kita lakukan, mimpi yang ingin kita gapai, namun belum tentu apa yang kita rencanakan adalah yang terbaik bukan? Bisa jadi ada hikmah atas segala yang kita alami selama ini.

 

Agar kita dijauhkan dari rasa Overthinking, ada sebuah Hadits yang mudah-mudahkan bisa menguatkan diri kita, yaitu:

 

“Allah berfirman:”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban).”

 

Maka dari itu, dari pada overthinking lebih baik kita selalu positive thinking kepada Allah SWT, agar kita mendapatkan kebaikan dan kemudahan dalam menjalani hidup ini. Amiin Yaa Robbal’alamiin.

 

Kalau ibu-ibu, suka overthinking tentang apa nih biasanya?


“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan”. [Tan Malaka]

Bicara soal pendidikan itu memang luas banget, dan memaknai kata “belajar” pun nggak cukup satu kalimat. Malahan, ada sebuah kata mutiara yang bunyinya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat (mati)”.


--Kasih ibu kepada beta,
Tak terhingga sepanjang masa,
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya, menyinari dunia--


Sebuah lagu yang sudah tidak asing di telinga kita. Lagu yang menunjukkan bahwa betapa kasih sayang seorang ibu itu kekal, tak terbatas waktu sekalipun anaknya sudah dewasa.


Bulan Ramadhan sudah masuk babak akhir, alhamdulillah kita masih bisa bertemu dengan kondisi yang insya Allah sehat semua ya. Bersyukurnya lagi, ada pencapaian yang bisa goal di Ramadhan kali ini. Apa itu…. Simak tjurhatan saya yaaaak :D

Liburan pun usai, katanya otak bisa refresh lagi kalau habis liburan. Apalagi, liburan sekolah plus akhir tahun kemarin bisa dibilang cukup lama kurang lebih 3 minggu terhitung setelah pengambilan raport hasil belajar.

Moms, siapa anaknya yang pernah mengalami masalah kulit?

Sumber: Pexel

Kayaknya, hampir sebagian besar ibu punya masalah dengan kulit anak ya. Ternyata, anak saya pun mengalaminya, padahal saya kira bakal aman-aman aja gitu karena anak pertama nggak pernah ada masalah kulit.

Curhat dulu nih yaa…

Moms, siapa yang belum pernah merasakan sembelit? Mungkin, sebagian orang pernah mengalaminya ya dan rasanya itu nggak enak, perut terasa penuh sehingga bikin nggak nyaman beraktivitas.
Siapa Moms di sini yang lagi nunggu kelahiran dede bayi? Semoga nggak lama lagi ya Moms bisa berjumpa dengan buah hati yang dinanti.

Sumber: Pexel

Pasalnya, 7 orang teman saya menyandang predikat “bumil” alias ibu hamil. Mwahaha, bisa jama’ah gini ya, eh bener nggak sih kalau hamil itu menular?



Assalamu'alaikum…

Mak, apa kabar semua? Setelah kemeriahan lebaran berlalu beserta perintilannya, semoga gak pada jetlag ya, Mak. Hahahaha.