Tahun Ajaran 2018/2019 is Coming

| On
Juli 21, 2018

Orangtua kembali sibuk. Toko-toko yang menjual perlengkapan sekolah ramai di buru. Tak hanya itu, para pengguna jalan kini harus rela berbagi sesak dengan pasukan berseragam sekolah sejak pagi sampai sore. Pun, ada yang turut berbahagia, senyum kembali terukir dari wajah-wajah para pedagang yang kembali mangkal di kantin-kantin sekolah demi mengais rezeki.
***


Kalimat pembuka tulisan ini kira-kira mewakili suasana keriuhan hari pertama masuk sekolah. Eh, malah bukan hari pertama aja ya, mungkin dua minggu atau malah sebulan sebelum tanggal 16 Juli lalu orangtua sudah (ikut) sibuk mempersiapkan segala perintilan urusan masuk sekolah anak-anaknya di tahun ajaran baru, terutama bagi anak-anaknya yang baru memulai sekolah.

Saya, belum menghadapi hal kaya gini sih, sebab anak-anak saya sendiri masih kicik alias dua-duanya masih balita. Tapi, sebagai orangtua setidaknya saya juga jadi ikutan deg-degan gitu mendengar dari cerita orang-orang sekitar terutama dari orangtua yang anak-anaknya mendaftar di SMP Negeri atau SMA Negeri. Yang mana sistem pendaftaran sekarang sudah PPDB Online alias semua pendaftaran siswa baru dilakukan secara online, di jurnal, dan dipantau setiap hari. Bagi anaknya yang kelempar dari jurnal peserta di sekolah tersebut mau gak mau harus rela pindah mendaftar di sekolah lain. Pastinya sekolah pilihan pertama adalah sekolah favorit ya.

Sistem PPDB Online ini hanya ada di sekolah negeri ya, jadi sekolah yang dikelola oleh yayasan atau pihak swasta gak ada sistem online seperti ini. Jadi, orangtua yang memilih mendaftarkan anak-anaknya di sekolah swasta tak perlu terlalu khawatir kecuali sekolah swasta tujuan memberlakukan sistem seleksi. Seperti sekolah tempat saya mengajar, salah satunya.


Perlukah Sistem Seleksi Masuk Sekolah?



Sistem seleksi sejatinya adalah salah satu cara bagi suatu sekolah untuk meningkatkan kualitas SDM alias siswa itu sendiri, termasuk menjadi angin segar bagi tim pengajar (guru) dalam menemani belajar siswa-siswinya di kelas. Sebab, harapan dari sistem seleksi ini adalah adanya peningkatan kemampuan peserta didik dan guru tak lagi mengalami kesulitan yang berarti ketika ada anak-anak yang mengalami ketertinggalan dalam belajar di kelas.

Artinya gini, ketika kemampuan anak memadai secara kognitif (pengetahuan) maka tersalurkannya ilmu dan wawasan di kelas menjadi jauh lebih efektif dan peserta didik pun lebih kooperatif, karena tentu saja ini dipengaruhi oleh kemampuan si anak tadi dalam menangkap pelajaran.

Sekolah saya, eh sekolah tempat saya mengajar, maksudnya... sudah menerapkan sistem seleksi tersebut. Setelah lumayan lama, tahun ajaran 2018/2019 ini adalah tahun pertama diterapkannya sistem yang baru ini. Namun, teknisnya belum online, jadi masih memakai ujian tulis dan beberapa kegiatan praktikal.

Eh, ngomong-ngomong ada yang nanya gak nih saya ngajar udah berapa tahun? Haha. *pengen banget ditanya sih

Saya pribadi mengajar sudah lumayan lama sih, kalau menurut saya, hehe. Tahun 2018 ini masuk tahun ke-6 saya tugas di SMK Yapia Parung, Kp. Waru Jaya, cari aja di gugel ya, pasti ketemu. Alhamdulillah, betah. Dulu mulai ngajar itu sewaktu masih kuliah tingkat akhir, jamannya masih PPKT alias praktik ngajar di SMAN, dan ternyata awet sampai sekarang udah punya dua buntut. Hihihi

Oya, kapan-kapan saya tulis tentang prestasi sekolah saya ya, biar di pedalaman tapi prestasinya udah nasional loooh. *Kibas Absen

Penasaran kan? :D


Baca juga: Parung, Kawasan Segitiga Emas di pinggir Kabupaten Bogor


Naaah, kembali ke “perlu atau tidak sistem seleksi”, ya itu sah-sah aja, perlu jika memang sekolah memiliki target-target tertentu salah satunya peningkatan kualitas itu tadi seperti yang udah saya bahas. Tidak perlu. Hmmm bukannya gak perlu ya, setiap sekolah tentu saja punya pertimbangan dari A-Z dalam menentukan target-target ke depan. Kamu bisa bayangin, sekolah saya menerapkan sistem seleksi setelah +/- lulus 15 angkatan.


Harapan dari Adanya Sistem Seleksi



Seperti yang udah saya bahas sebelumnya, peningkatan kualitas peserta didik adalah target dimana sistem seleksi ini diterapkan. Kalau sekolah negeri sendiri sudah sejak lama menerapkan sistem seleksi, yang sekarang dipakai ya PPDB online tadi, alias memantaunya pun bisa dimana aja, asal terhubung ke jaringan internet (moda daring).

Kalau dulu, saat saya masuk SMAN, belum ada tuh sistem online. Dulu masih manual alias calon siswa hanya menyerahkan nilai ujian SMP dengan nilai minimum yang disyaratkan harus memenuhi. Jadi masih simpel banget dulu tuh.Sekarang, memang agak ribet, gak sedikit orangtua yang ngeluh. Tapi, demi anak mereka rela jabanin mantengin web sekolah. Saluttt!

Begitu pun para orangtua yang mendaftarkan anak-anaknya di sekolah tempat saya mengajar. Mereka rela menunggu anak-anaknya ujian tulis, praktik ibadah, dll, dan aktif bertanya dan memantau langsung ke sekolah menanyakan status anak mereka apakah lulus seleksi atau enggak.


Menyambut Calon Siswa/i Tahun Ajaran Baru 2018/2019



Baik, mari kita lupakan sejenak sistem seleksi tadi. Sekarang, mari syukuri dan saya ucapkan selamat buat para orangtua yang anak-anaknya masuk ke sekolah yang diimpikan ya. Semoga lancar dalam menuntut ilmu.

Ngomong-ngomong masalah lancar, hari Senin 16 Juli lalu adalah pembukaan secara resmi MPLS alias Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah di setiap penjuru sekolah di tanah air. Alhamdulillah, sekolah tempat saya tugas ini terbilang sekolah favorit looh untuk tingkat sekolah kejuruan di wilayah Parung dan sekitarnya.


Bpk. Roup Rahman, M.PdI sedang
memberikan amanat


Perwakilan calon siswa untuk disematkan sebagai tanda dibukanya kegiatan MPLS 2018/2019

Kamu bisa bayangkan, jumlah penerimaan siswa/i tahun ini ada di angka 370an orang. Wuiiih, jumlah yang cukup fantastis memang. Dari tahun ke tahun peminatnya memang semakin bertambah meskipun tahun ini ada sistem seleksi. Alhamdulillah 'alaa kulli haal. Yaa kalau ditotal jumlah siswa di sekolah kami ini sudah mencapai angka 960an dan target tahun depan bisa 1000 orang.

Selepas upacara, calon siswa rehat sejenak di lapangan dan diberikan penjelasan oleh pihak sekolah

Suasana Dzikir Jumat yang dilaksanakan setiap pekan di lapangan gedung I (dengan siswa/i baru)


Menyambut tahun ajaran baru ini saya pribadi selalu excited karena bertemu dengan siswa/i baru. Yups, saya spesialis mengajar kelas X (sepuluh) setiap tahun ajaran baru. Sungguh menantang tentu aja, harus menghapal nama-nama mereka yang gak sedikit jumlahnya, menyiapkan administrasi pembelajaran, dan banyak lagi. Hal-hal itu seakan jadi suntikan tersendiri. Biar bisa jadi guru keren. Hahaha


Baca juga: Keren Versi Suami Itu?


Nah, tahun ajaran baru ini pun saya berazzam untuk lebih positif menghadapi segala tantangan mengajar tahun ini. Jujur, ada kalanya menghadapi siswa/i itu berat, diri malas walaupun tetap pergi mengajar, yaa di depan murid pura-pura semangat, hahaha, murid bikin ulah, cuaca lah, dan sebagainya. Pusiaaang loooh X_X


Baca juga: Memupuk Iman dengan Kesabaran dan Kesyukuran



Khususnya, saya pribadi berharap siswa/i baru kali ini semoga punya antusias buat ikut kegiatan non akademik. Tahun lalu bisa dibilang minat siswa/i kurang jika dirata-ratakan. Padahal, kegiatan non akademik ini yang meliputi kegiatan OSIS, ekskul, dan kegiatan di luar KBM sangat menunjang perkembangan diri siswa. Semoga Teman-teman Pembaca terutama yang udah jadi orangtua nih, anak-anaknya dikasih semangat buat ikut organisasi ya.


Baca juga: 7 Manfaat Ikut Organisasi


***

Soo, mohon doanya ya Teman-teman Pembaca yang budiman, semoga tahun ini lebih baik dan lebih positif dalam menjalankan tugas negara ini :D

Dan makasi banget looh yang sudah mau baca tulisan tjurhat saya ini. Boleh banget kalau mau kasih kritik dan saran, kasih semangat, atau malah kasih uwiiiit :D


Salam Energic,
Amelia Fafu

2 komentar on "Tahun Ajaran 2018/2019 is Coming"
  1. Anakku kemarin masuk SMP, alhamdulillah masuknya lewat jalur prestasi, tapi ikut deg2an juga saat tetangga ketar ketir cari sekolah terutama yg negeri

    BalasHapus
  2. Waaah semangat bu guru Amel! Tahun ajaran baru emang selalu excited yaa. Aku penasaran kenapa ya murid2 sekarang tidak terlalu antusias dengan kegiatan non akademik seperti ekskul? Padahal menurut aku ekskul itu bagus lho untuk melatih kemandirian dan skill anak di luar akademik. Apa karena jadwal sekolah sudah padat dan banyak les di luar yaa?

    BalasHapus